~~“Walaupun Puyuh Mencuri Sayap Helang, DiaTetap tak Bisa Terbang”~~

Waktu Solat

Seri Iskandar, Parit, Beruas, Kg Gajah
[ e-Solat]
 
 Imsak
5:41
 
 Subuh
5:51
 
 Syuruk
7:04
 
Zohor
13:13
 
Asar
16:18
 
Maghrib
19:15
 
Isyak
20:24

Monday, July 04, 2011

Seni Memilih Perkataan : "syukur" gantikan "bangga"

Dalam suatu perjalanan pulang ke negeri Sabah belum lama dahulu, secara tidak sengaja saya mendengarkan ceramah yang indah dari seorang ustazah yang menganjurkan jamaahnya untuk meninggalkan semua perkata ‘bangga’ dan menggantinya dengan kata ‘syukur’. Sepintas lalu kedengaran agak lucu. Saya berfikir sejenak, apalah artinya sebuah kata. Namun alhamdulillah setelah saya renungkan cukup lama, saya menjadi faham betapa besar pengaruh dari pemilihan perkataan ini dalam membentuk sikap kita terhadap segala sesuatu. Bahkan maknanya sangat mendalam.

Di dalam Al-Qur’an, perkataan bangga selalunya membawa maksud yang buruk. Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri ( antara lain 4 :36  ; 28 :76 ; 57 : 23) , kebanggaan menimbulkan perpecahan ( antara lain  23:53 ; 30: 32 : 31 :40) dan kebanggaan juga menyebabkan datangnya azab dan hancurnya harta ( QS 57 : 20).

Sebaliknya perkataan syukur selalu berkonotasi positif, mendatangkan rahmat (54 : 34-35) , mendatangkan ridhaNya (39 : 7), dijauhkan dari bencana ( 54 : 34-35), terbebas dari siksa (4 :147), bertambahnya nikmat ( 14 : 7.

Mari sekarang kita lihat aplikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan harian kita. Ketika negara ini sedang bangga dengan pasukan bola sepak nasional kita yang bermain dengan cemerlang kebelakangan ini, antaranya menjuarai piala AFF Suzuki penghujung tahun lalu, meneruskan langkah pada kelayakan piala dunia,  – kita ‘diingat’kan Allah dengan keraguan dan kecurigaan berkenaan skandal mengatur perlawanan pada liga domestik. Perhatikan ini dengan kesesuaian ayat-ayat tersebut diatas.

Dalam kehidupan berkeluarga misalnya, selama ini kita anggap lumrah bila seorang ibu atau bapa membangga-banggakan prestasi anaknya. Maka muncullah istilah ‘anak kebanggaan orang tua’ , padahal tidak ada prestasi apapun bila Allah tidak menghendakinya – maka kata-kata inipun kita perlu ganti dengan ‘anak kesyukuran orang tua’.


Dalam kehidupan peniaga-pun perubahan terhadap penggunaan kata ini bisa kita lakukan. Sebelum saya mendengar ceramah ustazah tersebut, ketika menyebut lima projek yang yang telah berlalu dengan jayanya, – saya sering menyebutnya sebagai ‘projek-projek kebanggaan’ kita. Kini saya takut menggunakan kata ‘projek-projek kebanggaan’ karena boleh memberi implikasi pada kesombongan sikap – yang bisa mendatangkan azab dan kehancuran ( 57 :20) – na’udhubillahi min dzalika.

Justeru, apa kata penggantinya ?, kini kita gunakan dengan menyebut ‘projek-projek kesyukuran kita’. Maka ketika ada teguran, kritikan berkenaan projek yang terpaksa ditangguhkan mahupun dibatalkan,  sayapun tetap mampu menggunakan kata syukur tersebut – bahwa kita sangat bersyukur ada beberapa projek yang bisa diimplementasikan sampai sejauh ini. Perhatikan disini kata syukur boleh selalu sesuai dalam keadaan apa sekalipun,  sedangkan kata bangga memang tidak sesuai untuk menggambarkan pencapaian di atas.

Pada peringkat asal  Anda menggunakan kata "syukur" untuk menggantikan kata ‘bangga’’, Andapun mungkin akan merasa lucu kerana ini terasa seperti bahasanya Upin dan Ipin. Namun tidak mengapa, biar kelihatan lucu sekiranya dengan kelucuannya itu kita boleh menolak azab dan kehancuran dengan ridha dan bertambahnya nikmat dariNya. Amin.

0 komen:

Related Posts with Thumbnails